IMPLEMENTASI FILSAFAT DALAM
PENDIDIKAN (MATEMATIKA):
Telaah Kurikulum 2013 Berdasar Peta
Pendidikan Dunia Karya Paul Ernes
Oleh:
Muslim (Ketua) 13709251061
Anisya Septiana 13709251063
Mega
Eriska P 13709251064
Ely
Syafitri 13709251065
Delia
Sartika 13709251068
Peta 2:
|
Industrial Trainer
|
Technological
Pragmatist
|
Old Humanist
|
Progressive educator
|
Public educator
|
Theory of
society
|
Rigid hierarchy, Market Orientation
|
Hierarchy
|
Hierarchy
|
Well-fare
|
Un-justice need a reform
|
Genesis
of students
|
Empty
vessel
|
Empty
vessel
|
Character Building
|
Student orientation
|
To develop/grow seed plant
|
Theory of
students Ability
|
Talent and Effort
|
Talent
|
Talent development
|
Need
|
Aspect of culture, relatives
|
A.
Industrial
Trainer
Industrial trainer dimaksudkan untuk
pelatihan kepada siswa melalui pembelajaran matematika. Pelatihan ini adalah
bagian dari persiapan
untuk kehidupan siswa dalam menghadapi dunia kerja. Metode latihan, hafalan,
praktek, dan otoritas hirarki ketat guru membantu siswa untuk menanamkan
kemampuan-kemampuan dan nilai-nilai yang sesuai dengan dunia atau tantangan kerja
di masa depan. Sedangkan pendidikan tinggi masa depan siswa tidak begitu
diatur.
1.
Teori
Sosial : Rigid Hierarchy,
Market-Orientation
Masyarakat dikelompokkan ke dalam
tingkatan kelas sosial, yang didasarkan kepada kebaikan maupun kemampuan
mereka. Bagaimanapun pada grup industrial
trainer mengutamakan pada
tantangan dunia kerja di masa depan.
Dengan demikian siswa diharapkan mampu
menjadi pemimpin yang keras atau pekerja keras. Jika siswa kedepannya tidak
mampu bersaing dengan individu lainnya pada persaingan pasar dimungkinkan siswa
akan berada pada posisi standar, atau tingkatan yang lebih rendah pada
tingkatan sosial dalam masyarakat.
Kurikulum 2013 dalam Permen No 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum bahwa dalam penyusunan implementasi harus
memenuhi beberapa prinsip, salah satunya adalah tuntutan dunia kerja.
Pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi siswa yang berjiwa
kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu
memuat kecakapan hidup untuk membekali siswa memasuki dunia kerja.
Maka dapat dibandingkan bahwa pada industrial trainer teori sosial yang
menginginkan siswa untuk menjadi pemimpin yang keras relevan dengan prinsip
kurikulum 2013. Agar pada akhirnya siswa di masa depan dapat menduduki
tingkatan kelas sosial yang tidak diposisi standar.
2.
Hakekat
Siswa: Empty Vessel
Pada dasarnya setiap manusia dilahirkan
tanpa dosa dan kesalahan, seperti bejana kosong. Bejana ini akan diisi apakah
dengan air keruh ataupun dengan air bersih. Kehidupan di sekelilingnya sangat
berpengaruh terhadap pengisian bejana tersebut. Orang tua, guru, teman-teman,
dan sebagainya memberikan pengaruh kepada si anak apakah akan menjadi anak yang
baik ataupun anak yang tidak baik.
Teori hakekat siswa pada industrial trainer bahwa siswa adalah
bejana kosong tidak sesuai dengan prinsip kurikulum 2013 bahwa siswa telah
memiliki pengetahuan dasar yang diharapkan dapat menjadi landasan untuk
menggali pengetahuan selanjutnya. Siswa
dituntut aktif mencari dan membangun pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pembelajaran
matematika melalui pendekatan dan model-model pembelajaran yang telah dirumuskan
akan mengajak siswa untuk berbuat, beraktivitas, mengeksplorasi kemampuan yang
dimiliki (math is doing something).
3.
Teori
Kemampuan Siswa: Talent and Effort
Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan salah satu
faktor yang berpengaruh adalah faktor keturunan., oleh karena itu setiap anak
memiliki perbedaan dalam mengikuti pelajaran. Seharusnya intitusi pendidik/
lembaga sekolah menempatkan siswa pada kelas-kelas yang sesuai dengan kebutuhan
siswa, agar bakat atau talenta siswa dapat diakomodasi dan ditumbuhkembangkan.
Siswa yang berkemampuan rendah kemungkinan akan lebih baik untuk diri mereka
jika mencoba dengan tekun karena memang dari kesadaran dan usaha mereka
sendiri.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013,
teori kemampuan siswa pada industrial
trainer sesuai dengan landasan yuridis Kurikulum 2013 yaitu pada Permen
No.65 tentang standar proses, yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Maka dari itu guru dapat membentuk diri siswa dengan kemampuan mereka. Dimana
kemampuan yang diharapkan adalah kemampuan pada aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, diharapkan siswa dapat menggunakan kemampuan/ bekal-bekal
tersebut untuk menjawab tantangan masa depan.
B. Technological
Pragmatist
Technological Pragmatist adalah kelompok
modern yang turun dari industri trainer yang mempromosikan versi modern dari
tujuan utilitarian (berfaedah/kemanfaatan) dan mereka khawatir dengan
kelanjutan kepentingan industri melalui pengembangan teknologi.
1.
Teori
Sosial: Hierarchy
Industrial dan teknis pertumbuhan
dipahami sebagai mesin
pembangunan
sosial dan
kemajuan,
sehingga ilmu pengetahuan, teknologi dan industri terletak di jantung
masyarakat.
Struktur-struktur
sosial dan politik
diterima sebagai
realitas yang mendasarinya. Jadi model hirarki masyarakat diterima, dengan para
ahli, teknokrat dan birokrat di posisi tinggi. Namun, hirarki sosial tidak
dilihat sebagai sesuatu
hal yang kaku, mobilitas sosial dimungkinkan adanya. Masyarakat
dipandang sebagai meritokrasi yaitu bentuk sistem politik yang memberikan penghargaan
lebih kepada warga yang berprestasi atau berkemampuan. Kerap dianggap sebagai
suatu bentuk sistem masyarakat yang sangat adil
dengan memberikan tempat kepada mereka yang berprestasi untuk duduk sebagai
pemimpin, tetapi tetap dikritik sebagai bentuk ketidakadilan yang kurang
memberi tempat bagi mereka yang kurang memiliki kemampuan untuk tampil memimpin, dan mereka
yang memperoleh pengetahuan ilmiah dan teknologi yang diperlukan dan
keterampilan dihargai oleh peningkatan kekayaan, status dan kekuasaan.
Bila
dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori sosial masyarakat technological
pragmatist yang menganggap bahwa yang berprestasilah yang
dapat duduk sebagai pemimpin kurang sesuai dengan kurikulum 2013 yang fokus
terhadap tiga aspek pengembangan yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan
karena, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang cerdas di bidang akademik dan
berkarakter serta terampil.
2.
Hakekat
Siswa: Empty Vessel
Hakekat
siswa tidak diragukan lagi untuk diterima di sekolah dasar, walaupun tanpa semangat moral
dari industrial trainer. Pada technological
pragmatist ini, anak dipandang sebagai bejana kosong yang perlu diisi
dengan fakta-fakta dan keterampilan yang memadai. Ada juga yang menilai bahwa pengalaman itu penting sebagai sumber
keterampilan, serta penyebaran masa depan mereka dalam industri. Jadi anak juga
dilihat sebagai 'alat tumpul', yang perlu dipertajam melalui pelatihan-pelatihan, untuk
digunakan dalam dunia
kerja. Perlu adanya keseriusan khusus dari
siswa untuk memantapkan ilmunya supaya technological pragmatist bisa
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Teori hakekat
siswa pada technological pragmatist bahwa
siswa adalah bejana kosong tidak sesuai dengan prinsip kurikulum 2013 bahwa
siswa telah memiliki pengetahuan dasar yang diharapkan dapat menjadi landasan
untuk menggali pengetahuan selanjutnya. Siswa
dituntut aktif mencari dan membangun pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pembelajaran
matematika melalui pendekatan dan model-model pembelajaran yang telah
dirumuskan akan mengajak siswa untuk berbuat, beraktivitas, mengeksplorasi
kemampuan yang dimiliki (math is doing
something).
3.
Teori
Kemampuan Siswa: Talent
Technological pragmatist merupakan suatu
karakter dimana seseorang lebih menginginkan mencapai sesuatu hasil dengan
cara-cara praktis, simple, instant, dan efisien, tapi
tepat guna dengan teknologi yang ada. Pada era ini orang-orang disibukkan
dengan berbagai macam hal dan menuntut mereka melakukan segala sesuatunya
dengan cepat dan praktis. Walaupun demikian, pada tahap teori kemampuan ini,
siswa dituntut untuk tetap melakukan proses guna memunculkan dan memaksimalkan talenta (bakat) yang mereka miliki untuk
menghadapi zaman yang semakin canggih, artinya tidak serta merta mereka
mengkonsumsi teknologi tanpa ada ilmu tentangnya. Tujuan kelompok ini untuk pengajaran matematika
utilitarian, yaitu siswa mempelajari matematika di tingkat yang tepat, guna mempersiapkan mereka
untuk tantangan kerja di masa depan.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013,
teori kemampuan siswa di technological
pragmatist sudah sesuai karena, telah merujuk pada prinsip kurikulum 2013
yaitu menjawab kebutuhan kompetensi di masa yang akan datang dengan
mengembangkan kemampuan berkomunikasi, kritis, kreatif, dan memiliki minat yang
luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
C.
Old
Humanist
Kelompok humanis tua menganggap
pengetahuan murni adalah nilai kebenaran diri sendiri. Secara khusus, humanis
tua menganggap matematika sebagai matematika
nilai intrinsik, bagian pusat
budaya. Matematika adalah pencapaian umat manusia, 'ratu ilmu pengetahuan',
yang sempurna, puncak kebenaran sejati. Ini adalah hasil terbaik dari
sekelompok kecil orang jenius. Dalam matematika ketelitian, bukti logis,
struktur, abstraksi, kesederhanaan, keanggunan yang dihargai. Berdasarkan
nilai-nilai tujuan untuk pendidikan matematika adalah komunikasi matematika
untuk kepentingan diri sendiri. Ideologi kelompok ini adalah dipisahkan
absolutisme relativistik.
1.
Teori
Sosial: Hierarchy Conservative
Posisi ini pada dasarnya adalah
konservatif dan hirarkis dalam teori masyarakat, meskipun secara politik
mungkin liberal. Di atas semua itu, nilai-nilai pengetahuan dan budaya tradisi
Barat, untuk kepentingan diri sendiri, dan berusaha untuk melestarikannya. Secara
khusus adalah prihatin dengan budaya elitis murni dari kelas menengah ke atas
yang berpendidikan. Dengan demikian posisi bertujuan untuk melestarikan tradisi
budaya yang ada dan terkait struktur sosial. Mendasari tujuan tersebut adalah
asumsi dipertanyakan dari hirarkis, masyarakat bertingkat, struktur diwarisi
dari masa lalu. Hal ini terlihat terpisah 'lembut' orang berbudaya dari 'rakyat
biasa'. Kebudayaan elite adalah mereka
pantas untuk memerintah masyarakat, untuk massa tidak memiliki penilaian yang
seimbang yang sama halus. Masyarakat dipandang terutama sebagai sarana
melestarikan dan menciptakan budaya tinggi, yang menyediakan ukuran tingkat
peradaban.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013,
teori sosial old humanist yang menyatakan bahwa masyarakat harus melestarikan
budaya telah sesuai dengan landasan yuridis kurikulum 2013 yaitu pada permen nomor 54 tahun 2013 mengenai SKL.
Dalam permen tersebut menyatakan bahwa kualifikasi pengetahuan yang dimiliki
siswa adalah memiliki pengetahuan faktual dan konseptual tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban.
2.
Hakekat Siswa: Character Building
Anak diidentifikasi humanisme tua
sebagai bagian dari “Liberal/konservatif“ ideology, awalnya berasal dari
“Aristokrasi/bangsawan” pengelompokan dengan kebijakan pendidikan yang 'Non–kejuruan
yang berkependidikan, penekanan pada karakter anak.(1971a ,halaman 29).
Andalan pandangan humanis tua budaya dan
pembentukan karakter di pendidikan adalah tradisi sekolah umum Inggris . Ini
telah mempertahankan tradisional subyek dan pandangan elitis pengetahuan
sebagai murni dan tidak terkait dengan kebutuhan hidup yang mendesak , serta
selalu melayani untuk anak-anak bangsawan dan bangsawan (Meighan , 1986) .
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013,
teori sosial old humanist yang menyatakan bahwa hakekat siswa adalah dalam
pembelajaran harus ditanamkan nilai-nilai karakter, telah sesuai dengan
landasan yuridis kurikulum 2013 yaitu pada
permen nomor 54 tahun 2013 mengenai SKL. Dalam permen tersebut
menyatakan bahwa kualifikasi karakter yang dimiliki siswa adalah beriman,
berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan percaya diri.
3.
Teori
Kemampuan Siswa: Talent Development
Menurut pandangan ini, bakat dan matematika
genius yang diwariskan, dan kemampuan matematika dapat diidentifikasi dengan
kecerdasan murni. Ada pembagian tahap kemampuan matematika, dari matematika
genius di atas, untuk matematis tidak mampu, di bagian bawah. Pengajaran hanya
membantu siswa untuk menyadari potensi mereka mewarisi, dan 'pikiran
matematika' akan bersinar. Penyediaan pendidikan diperlukan untuk matematis
berbakat, untuk memungkinkan mereka untuk menyadari sepenuhnya bakat ini.
Karena anak-anak sangat bervariasi dalam kemampuan matematika, mereka perlu
dapat ditayangkan di sekolah untuk matematika. Ini adalah teori elitis
kemampuan matematika, dan melihatnya sebagai tahapan dan bertingkat, dan
menghargai orang-orang di paling atas.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013,
teori kemampuan siswa old humanist telah sesuai dengan landasan yuridis
kurikulum 2013 karena, dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk berpikir
secara bertingkat dimulai dari recall,
basic, critical, creative hingga akhirnya siswa mampu mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada level critical dan creative.
D.
Progressive
Educator
Teori Progresivisme sebetulnya merupakan
perluasan pikiran-pikiran pragmatisme pendidikan. Teori ini memandang siswa
sebagai makhluk sosial yang aktif. Pada teori ini, belajar yang paling baik itu
apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan nyata siswa. Pembelajarannya harus
terpusat pada peserta didik.
Ada lima prinsip pendidikan progresif,
yaitu :
1)
Berikan kebebasan
kepada peserta didik untuk berkembang secara alamiah
2)
Minat dan pengalaman
langsung merupakan rangsangan yang paling baik untuk belajar
3)
Guru memiliki peran
sebagai narasumber dan pembimbing kegiatan belajar
4)
Mengembangkan kerjasama
antara sekolah dengan keluarga
5)
Sekolah progresif harus
menjadi laboratorium informasi dan pengujian pendidikan
1.
Teori Masyarakat: Well Fare
Teori masyarakat di progressive educator yaitu baik dan adil. Idealnya,
masyarakat dilihat sebagai sesuatu yang mendukung dan memelihara lingkungan.
Jadi, teori masyarakatnya sudah sedikit maju dibandingkan di industrial trainer, pragmatist, dan old humanist. Selain itu, teori
masyarakatnya menganut paham liberal yang berarti kaum ini menolak adanya
pembatasan, khususnya dari pemerintah.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013,
teori masyarakat kaum progressive
educator yang menganut paham liberal, bebas tanpa adanya batasan dari
pemerintah, kurang relevan karena
dalam kurikulum semua telah diatur secara rinci oleh pemerintah dalam landasan
yuridis sehingga dalam praktek di lapangan harus sesuai dengan peraturan
tersebut.
2.
Hakekat Siswa: Student Orientation
Hakekat
siswa di progressive educator ini
adalah berorientasi pada siswa (students
centered). Pada kaum ini, siswa merupakan subjek
yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa
tidak hanya menerima semua pengetahuan dari guru, tetapi mereka mencoba
mencarinya sendiri. Namun, hal ini tidak
berarti bahwa siswa diizinkan
untuk mengikuti semua keinginannya, karena mereka belum cukup
matang untuk menentukan tujuan yang memadai. Siswa memang banyak
berbuat dalam menentukan proses belajar, namun ia bukan penentu akhir. Siswa
membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru dalam melaksanakan aktivitasnya. Jadi, dengan kata lain kerjasama
antara guru dan siswa serta siswa dan siswa belum terlihat.
Berdasarkan
telaah kurikulum 2013, hal ini sudah sedikit mengacu dengan tujuan pembelajaran
di 2013 karena, dalam pembelajaran siswa sudah dituntut aktif namun, belum
maksimal. Ini terlihat dari kurangnya kerjasama antara guru dan siswa dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, baiknya dalam praktek pembelajaran matematika guru
menggunakan model-model atau pendekatan pembelajaran yang menjalin kerjasama
antara guru dan siswa serta siswa dan siswa belum terlihat seperti model
pembelajaran problem based learning dan
cooperative learning.
3.
Teori Kemampuan Siswa: Need
Teori
kemampuan siswa di progressive educator sangat
dibutuhkan. Maksudnya adalah siswa membutuhkan pengasuhan, perlindungan, dan
pengalaman untuk mengembangkan potensi mereka. Mereka belajar dan tumbuh
melalui pengalaman secara fisik dan dunia sosial. Nilai-nilai yang terhubung
merupakan sumber jiwa yang melindungi dan membantu perkembangan kreativitas dan
pengalaman pribadi.
Bila
dikaitkan telaah kurikulum 2013, teori kemampuan siswa kaum progressive educator sudah relevan
dengan tuntutan kurikulum 2013 bahwa pembelajaran matematika adalah berasaskan
pada aktivitas atau kegiatan (math is
doing something) sehingga siswa memperoleh pengalaman secara nyata.
E.
Public Educator
1.
Teori
Sosial : un-justice need a reform
Teori sosial dari public educator
menyatakan bahwa perlu suatu reformasi atau pembaharuan untuk suatu
ketidakadilan. Public educator mewakili pembaharuan tradisi secara radikal,
berfokus pada demokrasi dan keadilan sosial. Bagi public educator,
semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Tujuan mereka adalah 'pendidikan
untuk semua' dan pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi
negara yang demokratis.
Kurikulum 2013 sudah mulai
diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 namun, baru pada
sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Meskipun kurikulum baru ini mengundang
kontroversi, namun secara teoritis nyawa dari kurikulum baru ini adalah
kurikulum 2006.
Pasal 31 UUD 1945 ayat 1 menyatakan
bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat 2 menyatakan
setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Dalam kurikulum 2013 pun setiap warga negara dinyatakan berhak
mendapatkan pendidikan, wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Hal ini terbukti dengan adanya kebijakan mengenai dana BOS
(Bantuan Operasional Sekolah) yang diberikan oleh pemerintah, dan
kebijakan-kebijakan yang lain. Bila dikaitkan dengan peta pendidikan dunia Paul
Ernest mengenai teori sosial dari public educator, maka telah sesuai antara
landasan yuridis dengan peta pendidikan dunia yang dikemukakan. Pendidikan adalah untuk semua
masyarakat. Tidak peduli pria atau wanita, tua atau muda, kaya atau miskin,
semuanya berhak atas pendidikan.
2.
Hakekat
Siswa : to develop/ grow seed plant
Hakekat
siswa menurut public educator adalah siswa bukan merupakan kertas kosong putih
bersih yang siap menerima coretan-coretan dari gurunya. Menurut pandangan kaum
sosial ini, guru menganggap siswa sebagai benih tanaman yang apabila tanaman
tersebut dipupuk dan disiram secara teratur, maka tanaman tersebut akan tumbuh,
berkembang, dan berbuah.
Berdasarkan Permen Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses, proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 adalah
menggunakan pendekatan ilmiah (scientific),
tematik
terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran). Sifat pembelajaran menggunakan pendekatan scientific adalah kontekstual, konstruktivis, dan student centered dengan proses pembelajaran
mengacu pada 5 pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Siswa dituntut aktif mencari
dan membangun pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Adapun model-model
pembelajaran yang dirumuskan dalam kurikulum baru meliputi discovery/inquiry learning,
project based learning dimana siswa
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah, serta collaborative learning. Pendekatan scientific yang kontekstual, konstruktivis, dan student centered dengan proses
pembelajaran mengacu pada 5 pengalaman belajar, model-model pembelajaran yang
diumuskan dalam kurikulum 2013 telah sesuai dengan pandangan public educator
mengenai hakekat siswa sebagai benih tanaman yang harus dipupuk dan disiram
secara teratur. Pembelajaran matematika melalui pendekatan dan model-model
pembelajaran yang telah dirumuskan akan mengajak siswa untuk berbuat,
beraktivitas, mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki (math is doing something).
3.
Teori
Kemampuan Siswa : aspect of culture,
relatives
Teori kemampuan siswa menurut kelompok
sosial public educator adalah berdasarkan aspek budaya
dan relatif pada diri siswa. Kemampuan berdasarkan aspek budaya dan relatif
maksudnya adalah kemampuan yang dimiliki seorang siswa berbeda satu sama lain,
sesuai dengan bakat yang dimiliki dipengaruhi budaya dan kondisi lingkungan
sekitar. Bisa jadi, seseorang pintar matematika, sementara orang lain pintar
menari. Karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memperhatikan perbedaan
individu tersebut dan berperan sebagai fasilitator, menyediakan sesuatu yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013
teori kemampuan siswa kaum sosial public educator telah sesuai dengan landasan
yuridis kurikulum 2013 bahwa kemampuan siswa dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman budaya yang memperhatikan karakteristik budaya setempat karena,
sebelum mempelajari budaya luar kita harus menghayati dan mengapresiasi budaya
negara kita sendiri.
REFERENSI
Ernest, P. 2004. The Philosophy of Mathematics Education. London:
Routledge Falmer, Taylor & Francis Group.
Marsigit. Philosophy, Psychology,
Spiritual, Character, Mathematics Education, Lesson Study, Indonesia. Tersedia
di http://powermathematics.blogspot.com
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses.
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
Rumeds (Acclaim Rural mathematics
Education Digest). 2004. Summarizing
research related to the rural context of mathematics education.
|