Senin, 06 Januari 2014

IMPLEMENTASI FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN (MATEMATIKA): Telaah Kurikulum 2013 Berdasar Peta Pendidikan Dunia Karya Paul Ernes



IMPLEMENTASI FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN (MATEMATIKA):
Telaah Kurikulum 2013 Berdasar Peta Pendidikan Dunia Karya Paul Ernes
Oleh:

Muslim (Ketua)              13709251061
Anisya Septiana             13709251063
Mega Eriska P               13709251064
Ely Syafitri                     13709251065
Delia Sartika                  13709251068
 


Peta 2:

Industrial Trainer
Technological Pragmatist
Old Humanist
Progressive educator
Public educator
Theory of society
Rigid hierarchy, Market Orientation
Hierarchy
Hierarchy
Well-fare
Un-justice need a reform
Genesis of students
Empty vessel
Empty vessel
Character Building
Student orientation
To develop/grow seed plant
Theory of students Ability
Talent and Effort
Talent
Talent development
Need
Aspect of culture, relatives

A.       Industrial Trainer
Industrial trainer dimaksudkan untuk pelatihan kepada siswa melalui pembelajaran matematika. Pelatihan ini adalah bagian dari persiapan untuk kehidupan siswa dalam menghadapi dunia kerja. Metode latihan, hafalan, praktek, dan otoritas hirarki ketat guru membantu siswa untuk menanamkan kemampuan-kemampuan dan nilai-nilai yang sesuai dengan dunia atau tantangan kerja di masa depan. Sedangkan pendidikan tinggi masa depan siswa tidak begitu diatur.
1.         Teori Sosial : Rigid Hierarchy, Market-Orientation
Masyarakat dikelompokkan ke dalam tingkatan kelas sosial, yang didasarkan kepada kebaikan maupun kemampuan mereka. Bagaimanapun pada grup industrial trainer mengutamakan pada tantangan dunia kerja di masa depan.
Dengan demikian siswa diharapkan mampu menjadi pemimpin yang keras atau pekerja keras. Jika siswa kedepannya tidak mampu bersaing dengan individu lainnya pada persaingan pasar dimungkinkan siswa akan berada pada posisi standar, atau tingkatan yang lebih rendah pada tingkatan sosial dalam masyarakat.
Kurikulum 2013 dalam Permen No 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum bahwa dalam penyusunan implementasi harus memenuhi beberapa prinsip, salah satunya adalah tuntutan dunia kerja. Pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi siswa yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali siswa memasuki dunia kerja.
Maka dapat dibandingkan bahwa pada industrial trainer teori sosial yang menginginkan siswa untuk menjadi pemimpin yang keras relevan dengan prinsip kurikulum 2013. Agar pada akhirnya siswa di masa depan dapat menduduki tingkatan kelas sosial yang tidak diposisi standar.
2.         Hakekat Siswa: Empty Vessel
Pada dasarnya setiap manusia dilahirkan tanpa dosa dan kesalahan, seperti bejana kosong. Bejana ini akan diisi apakah dengan air keruh ataupun dengan air bersih. Kehidupan di sekelilingnya sangat berpengaruh terhadap pengisian bejana tersebut. Orang tua, guru, teman-teman, dan sebagainya memberikan pengaruh kepada si anak apakah akan menjadi anak yang baik ataupun anak yang tidak baik.
Teori hakekat siswa pada industrial trainer bahwa siswa adalah bejana kosong tidak sesuai dengan prinsip kurikulum 2013 bahwa siswa telah memiliki pengetahuan dasar yang diharapkan dapat menjadi landasan untuk menggali pengetahuan  selanjutnya. Siswa dituntut aktif mencari dan membangun pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pembelajaran matematika melalui pendekatan dan model-model pembelajaran yang telah dirumuskan akan mengajak siswa untuk berbuat, beraktivitas, mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki (math is doing something).
3.         Teori Kemampuan Siswa: Talent and Effort
Setiap anak memiliki  kemampuan yang berbeda-beda dan salah satu faktor yang berpengaruh adalah faktor keturunan., oleh karena itu setiap anak memiliki perbedaan dalam mengikuti pelajaran. Seharusnya intitusi pendidik/ lembaga sekolah menempatkan siswa pada kelas-kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa, agar bakat atau talenta siswa dapat diakomodasi dan ditumbuhkembangkan. Siswa yang berkemampuan rendah kemungkinan akan lebih baik untuk diri mereka jika mencoba dengan tekun karena memang dari kesadaran dan usaha mereka sendiri.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori kemampuan siswa pada industrial trainer sesuai dengan landasan yuridis Kurikulum 2013 yaitu pada Permen No.65 tentang standar proses, yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Maka dari itu guru dapat membentuk diri siswa dengan kemampuan mereka. Dimana kemampuan yang diharapkan adalah kemampuan pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan, diharapkan siswa dapat menggunakan kemampuan/ bekal-bekal tersebut untuk menjawab tantangan masa depan.

B.       Technological Pragmatist
Technological Pragmatist adalah kelompok modern yang turun dari industri trainer yang mempromosikan versi modern dari tujuan utilitarian (berfaedah/kemanfaatan) dan mereka khawatir dengan kelanjutan kepentingan industri melalui pengembangan teknologi.
1.         Teori Sosial: Hierarchy
Industrial dan teknis pertumbuhan dipahami sebagai mesin pembangunan sosial dan kemajuan, sehingga ilmu pengetahuan, teknologi dan industri terletak di jantung masyarakat. Struktur-struktur sosial dan politik diterima sebagai realitas yang mendasarinya. Jadi model hirarki masyarakat diterima, dengan para ahli, teknokrat dan birokrat di posisi tinggi. Namun, hirarki sosial tidak dilihat sebagai sesuatu hal yang kaku, mobilitas sosial dimungkinkan adanya. Masyarakat dipandang sebagai meritokrasi yaitu bentuk sistem politik yang memberikan penghargaan lebih kepada warga yang berprestasi atau berkemampuan. Kerap dianggap sebagai suatu bentuk sistem masyarakat yang sangat adil dengan memberikan tempat kepada mereka yang berprestasi untuk duduk sebagai pemimpin, tetapi tetap dikritik sebagai bentuk ketidakadilan yang kurang memberi tempat bagi mereka yang kurang memiliki kemampuan untuk tampil memimpin, dan mereka yang memperoleh pengetahuan ilmiah dan teknologi yang diperlukan dan keterampilan dihargai oleh peningkatan kekayaan, status dan kekuasaan.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori sosial masyarakat technological pragmatist yang menganggap bahwa yang berprestasilah yang dapat duduk sebagai pemimpin kurang sesuai dengan kurikulum 2013 yang fokus terhadap tiga aspek pengembangan yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan karena, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang cerdas di bidang akademik dan berkarakter serta terampil.
2.         Hakekat Siswa: Empty Vessel
Hakekat siswa tidak diragukan lagi untuk diterima di sekolah dasar, walaupun tanpa semangat moral dari industrial trainer. Pada technological pragmatist ini, anak dipandang sebagai bejana kosong yang perlu diisi dengan fakta-fakta dan keterampilan yang memadai. Ada juga yang menilai bahwa pengalaman itu penting sebagai sumber keterampilan, serta penyebaran masa depan mereka dalam industri. Jadi anak juga dilihat sebagai 'alat tumpul', yang perlu dipertajam melalui pelatihan-pelatihan, untuk digunakan dalam dunia kerja. Perlu adanya keseriusan khusus dari siswa untuk memantapkan ilmunya supaya technological pragmatist bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Teori hakekat siswa pada technological pragmatist bahwa siswa adalah bejana kosong tidak sesuai dengan prinsip kurikulum 2013 bahwa siswa telah memiliki pengetahuan dasar yang diharapkan dapat menjadi landasan untuk menggali pengetahuan  selanjutnya. Siswa dituntut aktif mencari dan membangun pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pembelajaran matematika melalui pendekatan dan model-model pembelajaran yang telah dirumuskan akan mengajak siswa untuk berbuat, beraktivitas, mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki (math is doing something).
3.         Teori Kemampuan Siswa: Talent
Technological pragmatist merupakan suatu karakter dimana seseorang lebih menginginkan mencapai sesuatu hasil dengan cara-cara praktis, simple, instant, dan efisien, tapi tepat guna dengan teknologi yang ada. Pada era ini orang-orang disibukkan dengan berbagai macam hal dan menuntut mereka melakukan segala sesuatunya dengan cepat dan praktis. Walaupun demikian, pada tahap teori kemampuan ini, siswa dituntut untuk tetap melakukan proses guna memunculkan dan memaksimalkan talenta (bakat) yang mereka miliki untuk menghadapi zaman yang semakin canggih, artinya tidak serta merta mereka mengkonsumsi teknologi tanpa ada ilmu tentangnya. Tujuan kelompok ini untuk pengajaran matematika utilitarian, yaitu siswa mempelajari matematika di tingkat yang tepat, guna mempersiapkan mereka untuk tantangan kerja di masa depan.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori kemampuan siswa di technological pragmatist sudah sesuai karena, telah merujuk pada prinsip kurikulum 2013 yaitu menjawab kebutuhan kompetensi di masa yang akan datang dengan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, kritis, kreatif, dan memiliki minat yang luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja sesuai dengan potensi yang dimiliki.

C.       Old Humanist
Kelompok humanis tua menganggap pengetahuan murni adalah nilai kebenaran diri sendiri. Secara khusus, humanis tua menganggap matematika sebagai matematika  nilai intrinsik, bagian  pusat budaya. Matematika adalah pencapaian umat manusia, 'ratu ilmu pengetahuan', yang sempurna, puncak kebenaran sejati. Ini adalah hasil terbaik dari sekelompok kecil orang jenius. Dalam matematika ketelitian, bukti logis, struktur, abstraksi, kesederhanaan, keanggunan yang dihargai. Berdasarkan nilai-nilai tujuan untuk pendidikan matematika adalah komunikasi matematika untuk kepentingan diri sendiri. Ideologi kelompok ini adalah dipisahkan absolutisme relativistik.
1.         Teori Sosial: Hierarchy Conservative
Posisi ini pada dasarnya adalah konservatif dan hirarkis dalam teori masyarakat, meskipun secara politik mungkin liberal. Di atas semua itu, nilai-nilai pengetahuan dan budaya tradisi Barat, untuk kepentingan diri sendiri, dan berusaha untuk melestarikannya. Secara khusus adalah prihatin dengan budaya elitis murni dari kelas menengah ke atas yang berpendidikan. Dengan demikian posisi bertujuan untuk melestarikan tradisi budaya yang ada dan terkait struktur sosial. Mendasari tujuan tersebut adalah asumsi dipertanyakan dari hirarkis, masyarakat bertingkat, struktur diwarisi dari masa lalu. Hal ini terlihat terpisah 'lembut' orang berbudaya dari 'rakyat biasa'. Kebudayaan  elite adalah mereka pantas untuk memerintah masyarakat, untuk massa tidak memiliki penilaian yang seimbang yang sama halus. Masyarakat dipandang terutama sebagai sarana melestarikan dan menciptakan budaya tinggi, yang menyediakan ukuran tingkat peradaban.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori sosial old humanist yang menyatakan bahwa masyarakat harus melestarikan budaya telah sesuai dengan landasan yuridis kurikulum 2013 yaitu pada  permen nomor 54 tahun 2013 mengenai SKL. Dalam permen tersebut menyatakan bahwa kualifikasi pengetahuan yang dimiliki siswa adalah memiliki pengetahuan faktual dan konseptual tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban.
2.         Hakekat Siswa: Character Building
Anak diidentifikasi humanisme tua sebagai bagian dari “Liberal/konservatif“ ideology, awalnya berasal dari “Aristokrasi/bangsawan” pengelompokan dengan kebijakan pendidikan yang 'Non–kejuruan yang berkependidikan, penekanan pada karakter anak.(1971a ,halaman 29).
Andalan pandangan humanis tua budaya dan pembentukan karakter di pendidikan adalah tradisi sekolah umum Inggris . Ini telah mempertahankan tradisional subyek dan pandangan elitis pengetahuan sebagai murni dan tidak terkait dengan kebutuhan hidup yang mendesak , serta selalu melayani untuk anak-anak bangsawan dan bangsawan (Meighan , 1986) .
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori sosial old humanist yang menyatakan bahwa hakekat siswa adalah dalam pembelajaran harus ditanamkan nilai-nilai karakter, telah sesuai dengan landasan yuridis kurikulum 2013 yaitu pada  permen nomor 54 tahun 2013 mengenai SKL. Dalam permen tersebut menyatakan bahwa kualifikasi karakter yang dimiliki siswa adalah beriman, berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan percaya diri.
3.         Teori Kemampuan Siswa: Talent Development
Menurut pandangan ini, bakat dan matematika genius yang diwariskan, dan kemampuan matematika dapat diidentifikasi dengan kecerdasan murni. Ada pembagian tahap kemampuan matematika, dari matematika genius di atas, untuk matematis tidak mampu, di bagian bawah. Pengajaran hanya membantu siswa untuk menyadari potensi mereka mewarisi, dan 'pikiran matematika' akan bersinar. Penyediaan pendidikan diperlukan untuk matematis berbakat, untuk memungkinkan mereka untuk menyadari sepenuhnya bakat ini. Karena anak-anak sangat bervariasi dalam kemampuan matematika, mereka perlu dapat ditayangkan di sekolah untuk matematika. Ini adalah teori elitis kemampuan matematika, dan melihatnya sebagai tahapan dan bertingkat, dan menghargai orang-orang di paling atas.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori kemampuan siswa old humanist telah sesuai dengan landasan yuridis kurikulum 2013 karena, dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk berpikir secara bertingkat dimulai dari recall, basic, critical, creative hingga akhirnya siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada level critical dan creative.

D.       Progressive Educator
Teori Progresivisme sebetulnya merupakan perluasan pikiran-pikiran pragmatisme pendidikan. Teori ini memandang siswa sebagai makhluk sosial yang aktif. Pada teori ini, belajar yang paling baik itu apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan nyata siswa. Pembelajarannya harus terpusat pada peserta didik.
Ada lima prinsip pendidikan progresif, yaitu :
1)        Berikan kebebasan kepada peserta didik untuk berkembang secara alamiah
2)        Minat dan pengalaman langsung merupakan rangsangan yang paling baik untuk belajar
3)        Guru memiliki peran sebagai narasumber dan pembimbing kegiatan belajar
4)        Mengembangkan kerjasama antara sekolah dengan keluarga
5)        Sekolah progresif harus menjadi laboratorium informasi dan pengujian pendidikan
1.         Teori Masyarakat: Well Fare
Teori masyarakat di progressive educator yaitu baik dan adil. Idealnya, masyarakat dilihat sebagai sesuatu yang mendukung dan memelihara lingkungan. Jadi, teori masyarakatnya sudah sedikit maju dibandingkan di industrial trainer, pragmatist, dan old humanist. Selain itu, teori masyarakatnya menganut paham liberal yang berarti kaum ini menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori masyarakat kaum progressive educator yang menganut paham liberal, bebas tanpa adanya batasan dari pemerintah, kurang relevan karena dalam kurikulum semua telah diatur secara rinci oleh pemerintah dalam landasan yuridis sehingga dalam praktek di lapangan harus sesuai dengan peraturan tersebut.
2.         Hakekat Siswa: Student Orientation
Hakekat siswa di progressive educator ini adalah berorientasi pada siswa (students centered). Pada kaum ini, siswa merupakan subjek yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya menerima semua pengetahuan dari guru, tetapi mereka mencoba mencarinya sendiri. Namun, hal ini tidak berarti bahwa siswa diizinkan untuk mengikuti semua keinginannya, karena mereka belum cukup matang untuk menentukan tujuan yang memadai. Siswa memang banyak berbuat dalam menentukan proses belajar, namun ia bukan penentu akhir. Siswa membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru dalam melaksanakan aktivitasnya. Jadi, dengan kata lain kerjasama antara guru dan siswa serta siswa dan siswa belum terlihat.
Berdasarkan telaah kurikulum 2013, hal ini sudah sedikit mengacu dengan tujuan pembelajaran di 2013 karena, dalam pembelajaran siswa sudah dituntut aktif namun, belum maksimal. Ini terlihat dari kurangnya kerjasama antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, baiknya dalam praktek pembelajaran matematika guru menggunakan model-model atau pendekatan pembelajaran yang menjalin kerjasama antara guru dan siswa serta siswa dan siswa belum terlihat seperti model pembelajaran problem based learning dan cooperative learning.
3.         Teori Kemampuan Siswa: Need
Teori kemampuan siswa di progressive educator sangat dibutuhkan. Maksudnya adalah siswa membutuhkan pengasuhan, perlindungan, dan pengalaman untuk mengembangkan potensi mereka. Mereka belajar dan tumbuh melalui pengalaman secara fisik dan dunia sosial. Nilai-nilai yang terhubung merupakan sumber jiwa yang melindungi dan membantu perkembangan kreativitas dan pengalaman pribadi.
Bila dikaitkan telaah kurikulum 2013, teori kemampuan siswa kaum progressive educator sudah relevan dengan tuntutan kurikulum 2013 bahwa pembelajaran matematika adalah berasaskan pada aktivitas atau kegiatan (math is doing something) sehingga siswa memperoleh pengalaman secara nyata.

E.       Public Educator
1.         Teori Sosial : un-justice need a reform
Teori sosial dari public educator menyatakan bahwa perlu suatu reformasi atau pembaharuan untuk suatu ketidakadilan. Public educator mewakili pembaharuan tradisi secara radikal, berfokus pada demokrasi dan keadilan sosial. Bagi public educator, semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Tujuan mereka adalah 'pendidikan untuk semua' dan pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi negara yang demokratis.
Kurikulum 2013 sudah mulai diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 namun, baru pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Meskipun kurikulum baru ini mengundang kontroversi, namun secara teoritis nyawa dari kurikulum baru ini adalah kurikulum 2006.
Pasal 31 UUD 1945 ayat 1 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat 2 menyatakan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dalam kurikulum 2013 pun setiap warga negara dinyatakan berhak mendapatkan pendidikan, wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Hal ini terbukti dengan adanya kebijakan mengenai dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang diberikan oleh pemerintah, dan kebijakan-kebijakan yang lain. Bila dikaitkan dengan peta pendidikan dunia Paul Ernest mengenai teori sosial dari public educator, maka telah sesuai antara landasan yuridis dengan peta pendidikan dunia yang dikemukakan. Pendidikan adalah untuk semua masyarakat. Tidak peduli pria atau wanita, tua atau muda, kaya atau miskin, semuanya berhak atas pendidikan. 
2.         Hakekat Siswa : to develop/ grow seed plant
Hakekat siswa menurut public educator adalah siswa bukan merupakan kertas kosong putih bersih yang siap menerima coretan-coretan dari gurunya. Menurut pandangan kaum sosial ini, guru menganggap siswa sebagai benih tanaman yang apabila tanaman tersebut dipupuk dan disiram secara teratur, maka tanaman tersebut akan tumbuh, berkembang, dan berbuah.
Berdasarkan Permen Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 adalah menggunakan pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran). Sifat pembelajaran menggunakan pendekatan scientific adalah kontekstual, konstruktivis, dan student centered dengan proses pembelajaran mengacu pada 5 pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Siswa dituntut aktif mencari dan membangun pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Adapun model-model pembelajaran yang dirumuskan dalam kurikulum baru meliputi discovery/inquiry learning, project based learning dimana siswa menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah, serta collaborative learning. Pendekatan scientific yang kontekstual, konstruktivis, dan student centered dengan proses pembelajaran mengacu pada 5 pengalaman belajar, model-model pembelajaran yang diumuskan dalam kurikulum 2013 telah sesuai dengan pandangan public educator mengenai hakekat siswa sebagai benih tanaman yang harus dipupuk dan disiram secara teratur. Pembelajaran matematika melalui pendekatan dan model-model pembelajaran yang telah dirumuskan akan mengajak siswa untuk berbuat, beraktivitas, mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki (math is doing something).
3.         Teori Kemampuan Siswa : aspect of culture, relatives
Teori kemampuan siswa menurut kelompok sosial public educator adalah berdasarkan aspek budaya dan relatif pada diri siswa. Kemampuan berdasarkan aspek budaya dan relatif maksudnya adalah kemampuan yang dimiliki seorang siswa berbeda satu sama lain, sesuai dengan bakat yang dimiliki dipengaruhi budaya dan kondisi lingkungan sekitar. Bisa jadi, seseorang pintar matematika, sementara orang lain pintar menari. Karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memperhatikan perbedaan individu tersebut dan berperan sebagai fasilitator, menyediakan sesuatu yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya.
Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013 teori kemampuan siswa kaum sosial public educator telah sesuai dengan landasan yuridis kurikulum 2013 bahwa kemampuan siswa dikembangkan dengan memperhatikan keragaman budaya yang memperhatikan karakteristik budaya setempat karena, sebelum mempelajari budaya luar kita harus menghayati dan mengapresiasi budaya negara kita sendiri.


REFERENSI

Ernest, P. 2004. The Philosophy of Mathematics Education. London: Routledge Falmer, Taylor & Francis Group.

Marsigit. Philosophy, Psychology, Spiritual, Character, Mathematics Education, Lesson Study, Indonesia. Tersedia di http://powermathematics.blogspot.com

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.

Rumeds (Acclaim Rural mathematics Education Digest). 2004. Summarizing research related to the rural context of mathematics education.